Contact Us

First Anti-Cancer Plant Operating in Indonesia

South Korean pharmaceutical company Chong Kun Dang (CKD Pharm) collaborates with OTTO Pharmaceutical, a subsidiary of local firm Menjangan Sakti (MENSA) Group, to inaugurate Indonesia’s first anti-cancer drug factory in Cikarang, West Java. The facility, certified Halal by MUI (Indonesian Council of Ulama) in February 2019, produces drugs like Oxaliplatin, Gemcitabine, and Docetaxel, meeting EU-GMP standards with an annual production capacity of 1.6 million vials. With a $30 million investment, CKD OTTO Pharma targets a 30% market share in Indonesia’s anti-cancer drug sector in the next five years, aiming to serve the Middle East, North Africa, Europe, and ASEAN countries. The move is expected to contribute to reducing the country’s healthcare spending related to cancer treatment.

Perusahaan farmasi Korea Selatan Chong Kun Dang (CKD Pharma) menggandeng OTTO Pharmaceutical, anak usaha dari perusahaan lokal Menjangan Sakti (Mensa) Group, untuk membuka pabrik obat antikanker pertama di Indonesia.

Pabrik yang terletak di Cikarang, Jawa Barat ini nantinya akan memproduksi obat seperti Oxaliplatin, Gemcitabine, dan Docetaxel. “Pada Februari 2019, CKD OTTO Pharma telah menerima sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang menjadikan kami perusahaan farmasi pertama untuk produk onkologi dengan sertifikasi halal di Indonesia,” kata Presiden Direktur PT CKD OTTO Pharma Baik In Hyun dalam peresmian, Selasa (9/7/2019).

Fasilitas baru ini disebut telah memenuhi pedoman EU-GMP (standarisasi eropa) dan memiliki kapasitas produksi tahunan 1,6 juta vial. Investasi yang digelontorkan mencapai 30 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 423,6 miliar.

Dengan berdirinya pabrik ini, CKD OTTO Pharma menargetkan menguasai 30 persen pangsa pasar obat antikanker di Indonesia dalam lima tahun ke depan. “Indonesia akan jadi basis produksi untuk target pasar di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) serta Eropa, termasuk sepuluh negara ASEAN,” kata Baik In Hyun. Menteri Kesehatan Nila Moeloek yang turut serta dalam peresmian mengatakan bahwa nantinya, obat yang diproduksi di pabrik ini bakal diekspor ke luar negeri. Selain itu, produksi lokal juga akan menekan pengeluaran negara dalam pembiayaan layanan kesehatan terkait kanker. “Saya harapkan pengobatan cancer dasarnya harus ditekan dengan obat yang dari negeri kita sendiri. Kita mikir bagaimana mengatasi defisit BPJS,” ujar Nila.

Pangsa pasar farmasi Indonesia mencapai sekitar 7,9 triliun Won atau 7,2 miliar dolar Amerika Serikat (atau sekitar Rp 93,4 triliun) pada 2018. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 13 triliun Won atau 11,9 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 155,2 triliun) pada 2023.

source : kompas.com

Scroll to Top